Rindu.

Pukul 11.09 pm, sudah terlalu larut untuk bercerita sebenarnya.
Entah kenapa malam ini terasa saaaangat panjang, padahal dari tadi aku sudah berusaha menyibukkan diri dengan uring-uringan, scroll instagram, makan malam, nonton film, bahkan sampai membaca ulang draft proposal skripsi yang rencananya akan ku ajukan minggu depan.
Luar biasa, belum ngantuk juga.
Akhirnya ku putuskan untuk menulis saja, sembari ditemani playlist lagu berjudul "Alone Again" di Spotify, super galauuu.

Aku tentu saja tidak sedang bergalau ria, maap maap aja nih tapi aku sudah tidak punya waktu untuk itu.
Karena baru-baru ini aku kembali menjadi wanita paling bahagia, berkat kembalinya Ridhwan di hidupku.

Aku sendiri tidak menyangka bisa kembali sedekat ini dengan Ridhwan, setelah drama-drama yang sudah ku tuliskan di tulisan ku sebelumnya.
Di sana bahkan aku sempat berpamit mengucap selamat tinggal, lain kali kalau aku ngomong begitu lagi jangan pernah mempercayainya. Karena kalian tau sendiri mana mungkin seorang aku bisa semudah itu melepaskan Ridhwan.

Ridhwan masih sama, masih satu-satunya orang yang bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali. Bila ada yang berubah darinya itu mungkin karena dirinya sudah menjadi lebih dewasa, ia sudah tidak seemosional dulu lagi dan itu melegakan.

Selain lebih dewasa, sekarang ridhwan juga lebih sibuk. Kini ia bukan anak kuliahan lagi, ia sudah pintar mencari duit. Sebenarnya aku tidak suka sibuk-sibuknya Ridhwan, aku lebih suka ia menghabiskan waktunya bertelponan denganku seharian.

Seperti saat ini, aku tau di sana ia pasti sedang sibuk berkerja mengurus ini dan itu sampai tidak sempat nelpon atau bahkan membalas chatku tadi pagi.
Hanya saja kadang separuh jiwaku yang masih kekanak-kanakan ini menolak untuk mengerti kesibukannya, apalagi aku ini orang yang lumayan egois dan cemburuan kalau menyangkut tentang Ridhwan. Tapi beruntung jiwa bidadariku selalu menyelamatkan ku, berusaha menenangkan dan meyakinkan untuk selalu mempercayai dan mengerti pekerjaannya.

Satu-satunya hal yang tidak terselamatkan adalah rindu. Aku bisa mengerti kesibukannya dan mempercayai ia sepenuhnya. Tapi aku benar-benar kesulitan menahan rindu.
Ku pikir setelah kami kembali bersama aku akan selesai dengan rindu-rindu yang menyiksa, ternyata sudah sedekat ini pun aku masih sangat merindukannya.

Malam ini rindu pun terasa lebih menyiksa, mungkin karena kantuk ku terlalu lama datangnya. Ingin rasanya ku skip skip saja waktu, langsung masuk ke bagian dimana aku sedang telponan dengan Ridhwan meributkan siapa yang paling sayang, walaupun seluruh alam semesta juga tau jawabannya adalah aku.

Mungkin Tuhan ingin mengajariku bersabar dengan cara menunggu. Entah menunggu Ridhwan datang menemuiku ataupun menunggu kabar darinya.Belakangan ini doa ku pun sama, semoga sabar-sabarku pada akhirnya tidak mengecewakanku.

Sepertinya aku mulai mengantuk,
tulisan ini harus segera dituntaskan, sekaligus rindu ini.

Ridhwan,
malam ini aku merindukan mu, kemarin juga, besok mungkin lebih rindu.
jangan lama-lama sibuknya.
jangan karena bekerja disana, kamu jadi lupa pekerjaan mu sebenarnya adalah membucin bersamaku.
Ahaha

i love you, Ridhwan.
aku tidur dulu ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dipertemukan untuk berpisah dengan cara yang lebih perih.

He broke the girl who loved him more than she loved herself.