Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Tadi malam.

Aku tidak sadar bisa mencintai seseorang sedalam ini. Tadi malam bantal ku basah, aku betah menangisi ridhwan semalaman. Setelah putus kemarin, ridhwan tetap berusaha menjaga kontak denganku. Tapi tadi malam, ku bilang aku tak mau dibayang-bayangi lagi olehnya ku harap ia tak sering-sering menghubungiku. Aku bohong, berat sekali mengatakan hal itu, terlebih setiap ia menghubungiku aku merasa sangat bahagia. Di hati ku ridhwan selalu spesial, bagaimana bisa aku berteman dengannya? Saat ridhwan bilang ia ingin kami menjadi seorang teman, itu sulit, aku tidak mau mengurangi perasaan ku apalagi mengubah perasaan ku menjadi hanya sebatas teman. Menjaga hubungan dengannya hanya akan membuat ku berharap hal-hal yang harusnya tak ku harapkan, pun aku belum siap menjadi teman yang harus mendengar ia bercerita tentang wanita lain. Karena pada akhirnya aku hanya akan menyakiti diriku sendiri. Aku tidak bisa lagi berbohong dan menjadi baik-baik saja atas semuanya. Tadi malam usai melepaskan r...

Lunas sudah.

Beberapa hari ini aku sangat berantakan. Aku dan ridhwan putus (lagi), bukan hal yang baru pastinya. Kali ini aku melakukan kesalahan, yang ia bilang tidak termaafkan. Aku berbohong padanya, dan tentu ia marah besar. Sama seperti kejadian beberapa bulan lalu, aku mengangkat telpon pria lain, hanya saja bedanya kali ini aku berbohong. Jika kalian bertanya kenapa aku harus berbohong, jawabannya adalah karena aku takut. Aku takut ridhwan marah, lalu meninggalkan ku lagi. Tapi apapun alasannya, ini tetap salah. Aku tidak tau kenapa kehilangan ridhwan selalu menjadi hal yang paling menakutkan untukku. Bukan karena pria lain itu penting, pria itu hanya seseorang yang tak terlalu ku kenal, seingat ku kami pernah telponan satu kali beberapa bulan yang lalu (tentunya waktu aku putus dengan ridhwan) itupun tak lebih dari 10 menit, setelah itu kami tidak pernah berkomunikasi lagi, aku pikir karena kami tidak tertarik satu sama lain. Malam itu pria itu tiba-tiba menelpon ku, reflek...

Terimakasih sudah kembali.

Dua minggu yang lalu ridhwan kembali, seperti biasanya. Hanya saja, kali ini ia datang atas keinginannya sendiri, maksud ku bukan karena permintaan atau paksaanku. Di satu sisi aku senang, di sisi lain aku marah. Entah marah kepada siapa, yang jelas bukan padanya. Aku masih terlalu lemah untuk marah dengannya. Ridhwan meminta ku untuk kembali sama-sama lagi, ku bilang aku hanya mau berteman. Bukannya menolak, gila saja, mana bisa? Aku hanya terlalu takut. Terus terang aku ini penakut, dulu selama bertahun-tahun aku takut sekali jatuh cinta, patah hati dan dikhianati lagi. Aku mudah jera akan sesuatu dan aku mengakuinya. Tidak sekali dua kali tentunya aku dekat dengan pria sebelum ridhwan, tapi tidak dengan jatuh cinta. Aku tidak pernah membiarkan diriku jatuh ke zona itu, mencintai seseorang selain diriku sendiri bagiku sama dengan bahaya. Aku tak suka bergantung dengan seseorang kecuali sahabatku, afifah. Eh tapi kalau ku pikir lagi, ia lah yang selalu bergantung pada ku hahaha. ...