Terimakasih sudah kembali.
Dua minggu yang lalu ridhwan kembali, seperti biasanya. Hanya saja, kali ini ia datang atas keinginannya sendiri, maksud ku bukan karena permintaan atau paksaanku.
Di satu sisi aku senang, di sisi lain aku marah. Entah marah kepada siapa, yang jelas bukan padanya. Aku masih terlalu lemah untuk marah dengannya.
Ridhwan meminta ku untuk kembali sama-sama lagi, ku bilang aku hanya mau berteman. Bukannya menolak, gila saja, mana bisa? Aku hanya terlalu takut.
Terus terang aku ini penakut, dulu selama bertahun-tahun aku takut sekali jatuh cinta, patah hati dan dikhianati lagi. Aku mudah jera akan sesuatu dan aku mengakuinya.
Tidak sekali dua kali tentunya aku dekat dengan pria sebelum ridhwan, tapi tidak dengan jatuh cinta. Aku tidak pernah membiarkan diriku jatuh ke zona itu, mencintai seseorang selain diriku sendiri bagiku sama dengan bahaya.
Aku tak suka bergantung dengan seseorang kecuali sahabatku, afifah. Eh tapi kalau ku pikir lagi, ia lah yang selalu bergantung pada ku hahaha.
Sampai aku kenal ridhwan, ia menawari ku perkenalan yang menurut ku tidak biasa. Dia membaca ku dan ia benar. Anehnya saat itu aku tidak merasa sedang dibaca olehnya, melainkan lebih merasa seperti "baru kali ini ada seseorang yang memahamiku lebih dari siapapun, bahkan tanpa pertemuan sebelumnya", dan itu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa pria lain lakukan untuk ku. Mungkin dari sanalah aku jatuh cinta dengannya, mudah sekali kalau dipikir-pikir caranya menghilangkan rasa takut yang ku rasakan selama ini.
Aku merasa nyaman, percaya dan mulai bergantung dengannya. Tidak semuanya berjalan manis seperti awal perkenalan, kami jadi sering bertengkar, berselisih paham dan seringnya berakhir dengan perpisahan. Setelah semuanya pun, aku masih percaya dengannya karena ia memang seseorang yang pantas aku percaya. Hanya saja, tetap saat ia pergi aku merasa kesakitan.
Ridhwan terlalu sering pergi, dan itu jadi menyakitiku. Aku mulai takut lagi, aku takut bergantung dengannya setelah ia kembali. Karena itu aku lebih memilih untuk menjadi temannya.
Tapi ridhwan bersikeras tidak mau berteman dengan ku, ia menelpon ku berusaha menghubungi ku terus dan mencariku.
Tebak apa? Aku ya luluh kembali.
Akhirnya, aku mau mencoba lagi. Aku mau percaya lagi dengan ridhwan, karena nyatanya ia selalu kembali bukan?
Aku bahagia, ridhwan sehat, suaranya masih bagus seperti biasa. Tak ada yang berubah dari perpisahan kali ini, aku masih mencintainya berkali-kali dan selalu bertambah setiap hari.
Pada Tuhan aku selalu berdoa, semoga ridhwan adalah jodoh yang baik dan membaikkan untuk ku kelak.
Hingga kemanapun ia melangkah, kepadaku lah ia akan pulang.
Ridhwan, berdoalah juga untuk ku.
Jangan selalu ingin berdebat denganku.❤
Terimakasih karena selalu kembali.
Komentar
Posting Komentar