Putus.
Kemarin, Ridhwan memutuskan untuk berpisah. Pagi itu, ia bilang sekarang semuanya sudah berakhir.
Aku menutup mata ku setelah selesai membaca pesan terakhir darinya, semampunya aku menahan air mataku agar tidak terjatuh.
Aku telah kehilangannya, itulah kenyataan yang saat ini harus ku terima.
Kemarin malam kami memang bertengkar hebat, aku mengangkat telpon seorang kenalan di LINE. Ridhwan habis-habisan memarahiku, aku salah dan aku mengakuinya. Ia bilang aku membohonginya, aku sudah minta maaf menjelaskan semuanya bahwa orang itu tidak lebih dari kenalan dan aku tak pernah punya niat untuk lebih jauh dari itu, tapi memang dasarnya Ridhwan itu batu, ia bahkan tak mau tau.
Dia bersikeras untuk menghubungi pria itu, sialnya pria itu mengaku akulah yang memulainya. Aku kecewa, ridhwan mempercayainya.
Sekarang aku kalah telak, aku tidak punya pembelaan lagi. Satu-satunya orang yang ku percaya malah tak bisa mempercayai ku. Aduh rasanya ingin sekali saat itu aku tertawa, ia mengenal ku bukan sehari dua hari.
Tapi mau bagaimana lagi, semua orang punya hak untuk memilih siapa yang ia percayai dan berhak untuk merasa dibohongi juga bukan?
Lagi-lagi aku mengecewakannya, mungkin sudah bakat ku membuat kecewa orang yang aku cinta.
Dan hal yang paling menyakitkan dari semua ini bukan karena kehilangannya, melainkan karena sudah kehilangan kepercayaannya.
Sengaja tidak ku balas pesannya, karena jika ku balas artinya aku setuju untuk mengakhirinya. Sayang sekali, aku tidak mau melakukan hal itu.
Terserah ia kalau mau mengakhiri semuanya, menghabiskan semua perasaan yang masih tertinggal di hatinya. Tapi aku tidak, aku akan melanjutkan perasaan ku, aku akan mencintainya dengan caraku, membiarkan debar dalam dadaku, aku tidak akan mengganggunya, aku akan mencintainya dengan tenang tanpa harus selalu membuatnya kecewa.
Ridhwan, kamu harus tau kalau aku ini keras kepala. Kita mungkin sudah berpisah, tapi tidak berarti perasaan ku bisa kamu hilangkan dengan mudah.
Jika kamu pikir aku kalah, kamu keliru. Kamulah yang lebih dulu menyerah, artinya kamu lah yang kalah. Aku satu-satunya pemenang disini.
Aku mungkin tidak bisa lagi menjadi alasan kamu bahagia, tapi aku tak pernah kehabisan cara.
Sekarang urusan bahagiamu, biar menjadi urusan ku dengan Tuhan saja, di dalam ribuan doa dan semoga-semoga.
Aku akan terus mencintaimu, entah sampai kapan itu. Karena bagiku, ini satu-satunya cara untuk ku agar tetap bahagia. Maaf tidak bisa menjadi apa-apa yang kamu minta, maaf juga tidak bisa selalu membuat kamu bahagia, maaf untuk segalanya salah-salahku.
Bahagialah Ridhwan, terimakasih untuk 116 hari yang sangat menyenangkan. Itu adalah hari-hari paling indah dalam hidupku. Dan juga, terimakasih sudah pernah mencintai dan mempercayai ku❤
Komentar
Posting Komentar