Siapa yang paling mencintai?
Setiap hari yang aku lalui tanpa Ridhwan adalah hari-hari yang sulit. Belum pernah aku merasa seberantakan ini, sesakit ini, segila ini hanya karena kehilangan seseorang yang bahkan tidak mau berjuang untuk ku.
Kemarin aku menghubungi Ridhwan, aku sudah tidak tahan. Aku bilang aku mau menunggunya kapanpun ia ingin kembali, ia bilang "Iya, terserah."
Aku merasa ditampar, aku sedikit tersadar.
Aku heran, kenapa hati manusia mudah sekali berubah? Rasanya baru kemarin Ridhwan begitu sangat mencintaiku, sekarang ia bahkan tak mau perduli dengan ku.
Lantas kenapa hati ku tidak? Aku tak pernah dengan mudah mencintai seseorang, begitu juga berpindah. Aku butuh banyak waktu, aku butuh bertahun-tahun, aku butuh perjalanan yang panjang.
Aku kira, aku sudah sampai pada "suatu hari nanti" yang selalu aku semogakan, ternyata aku keliru. Seakan tidak cukup rasa sakit yang harus aku pikul beberapa tahun terakhir, aku malah berpisah lagi dengan cara yang lebih menyakitkan. Hanya saja bagaimanapun aku tidak menyesal, paling tidak aku pernah bahagia dan dibahagiakan, paling tidak aku pernah dicinta dan disayang, paling tidak aku sudah pernah berjuang.
Ridhwan selalu bilang dengan lantang bahwa ia lah yang paling mencintaiku, tapi setelah ku pikir-pikir aku lah orang yang paling mencintainya disini.
Aku berusaha memberi waktu ku sebanyak-banyaknya untuknya, aku menjadikan ia prioritas, aku berusaha selalu memahami kondisinya, aku memberinya waktu ketika ia mau sendirian, aku tidak pernah menuntut apapun darinya, aku tak pernah marah demi membuatnya selalu nyaman, aku memaklumi semua salah-salahnya, aku selalu menceritakan dan membanggakan ia pada sahabat-sahabatku juga ibuku, yang aku yakin ia tak pernah menceritakan ku pada siapapun. Aku juga sering mengalah untuknya, aku bahkan selalu menangisinya, aku tidak pernah meninggalkannya meski sudah berapa kali ia meninggalkanku. Akulah wanita yang dengan bodoh selalu mempertahankannya, mengemis untuknya. Ia bahkan tidak pernah sekalipun menahan kepergianku. Lalu mengapa ia bilang ia yang paling mencintaiku?
Ia hanya menyukaiku, rasa suka bisa hilang kapan saja. Sebab cinta tidak pernah sesederhana ini, cinta adalah berjuang, cinta adalah memaafkan, cinta adalah memperbaiki, cinta adalah perasaan yang berulang.
Ia hanya menyerah padaku, pada kesalahan ku, pada kekuranganku. Ia lebih memilih pergi daripada memperbaiki.
Sedangkan aku masih disini, masih menangisinya, masih selalu dan akan bersedia menerima kembalinya. Aku selalu siap mengambil jalan berputar balik untuk memapahnya.
Ridhwan, aku rindu serindunya.
Aku sakit teramat sangat kesakitan. Aku butuh kamu, aku tak bisa mengatasinya sendirian.
Aku harap secepatnya kamu temukan jalan pulang.
Komentar
Posting Komentar