Dipertemukan untuk berpisah dengan cara yang lebih perih.
Ridhwan datang lagi, entah ini sudah kali ke berapa, tentu selalu di luar dugaanku. Aku bukan orang yang piawai dalam hal menebak, terlebih jika itu menyangkut ia. Aku tidak pernah tau kapan ia akan meninggalkan ku dan kapan ia akan kembali lagi padaku. Hanya saja jika itu sebuah kebiasaan, mengapa belum bisa juga aku menjadi terbiasa? Harusnya aku baik-baik saja saat ia pergi, karena cepat atau lambat ia juga akan kembali seperti biasanya. Tapi aku belum bisa, aku tidak akan pernah terbiasa. Bagiku, perginya masih menjadi satu hal yang paling menyakitkan dalam hidupku. Aku masih menangisinya seolah-olah ia akan pergi untuk selamanya. Aku mungkin masih lah orang yang sama, menerima kembalinya aku tak pernah keberatan. Sebanyak apapun usahaku mencoba membencinya atas apa-apa yang pernah ia lakukan, aku masih sama, memeluknya selalu menjadi hal yang paling aku butuhkan. Teman-temanku bilang ridhwan mungkin bukan orang baik, jika ia baik ia tak mungkin setega itu, seenaknya bisa...